Iklan

Rabu, 19 Desember 2007

PUASA


Puasa
Puasa yang dilakukan umat Islam digarisbawahi oleh Al-Quran sebagai ”bertujuan untuk memperoleh taqwa”, Tujuan tersebut tercapai dengan menghayati arti puasa itu sendiri. Memahami dan menghayati arti puasa memerlukan pemahaman terhadap dua hal pokok menyangkut hakikat manusia dan kewajiban di bumi, Pertama, manusia diciptakan Allah dari tanah , kemudian dihembuskan kepadaNya Ruh ciptaan-Nya dan diberi potensi untuk mengembangkan dirinya hingga mencapai satu tingkat yang menjadikannya wajar untuk menjadi khalifah (pengganti) Tuhan dalam memakmurkan bumi ini, menurut hadis pula bahwa tuhan menciptakan manusia menurut ”petanya” , dalam arti memberikan potensi untuk memiliki sifat-sifat sesuai dengan kemampuannya sebagai mahluk, Kedua , dalam perjalanan manusia menuju Bumi , ia (Adam) melewati (” transit”di) surga agar pengalaman, yang diperolehnya disana dapat dijadikan bekal dalam menyukseskan tugas pokoknya dibumi ini, Pengalaman tersebut antara lain adalah persentuhan dengan keadaan di surga itu sendiri. Disana telah tersedia segala macam kebutuhan manusia, antara lain sandang pangan serta ketentraman lahir dan batin (Qs 20 :118-119 dan Qs 56: 25). Hal ini mendorong manusia untuk menciptakan bayangan surga di bumi, sebagaimana pengalamannya dengan dengan setan mendorongnya untuk berhati-hati agar tidak terpedaya lagi sehingga mengalami kepahitan yang dirasakan ketika terusir dari surga (Shihab,1998:308)
Kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis), kedua kebutuhan akan rasa aman dan tentram, ketiga kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, keempat kebutuhan untuk dihargai dan yang paling tinggi adalah kebutuhan (aktualisasi diri).
Kebutuhan fisiologis, seperti makan, minum , hubungan suami istri merupakan kebutuhan paling mendasar yang harus terpenuhi dulu sebelum menginjak kebutuhan berikutnya, bila seseorang dapat mengendalikan kebutuhan dasarnya maka akan mudah mengendalikan kebutuhan yang lainnya.
Shihab menambahkan bahwa Tujuan Puasa yang sebenarnya adalah meneladani Allah dalam sifat-sifatNya yang berjumlah sembilan puluh sembilan itu. Dan manusua meneladaninya sesuai dengan kemampuan sebagai manusia, Dengan demikian , dengan mencontoh sifat-sifat Tuhan berarti membangun dan memakmurkan bumi ini sehingga pada akhirnya bumi ini menjadi ”bayang-bayang ” surga yang penuh dengan keamanan dan kedamaian, serta pemenuhan segala kebutuhan hidup manusia seperti sandang, pangan , papan.
Hasan Basri menggambarkan keadaan orang yang meleladani Tuhan sehingga mencapai tingkat taqwa yang sebenarnya dengan ungkapan :”Anda akan menjumpai orang tersebut teguh dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana, tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin merendah, semakin berkuasa semakin bijaksana, tampak wibawanya didepan umum, jelas syukurnya dikala beruntung, menonjol qana’ah (kepuasan)-nya dalam pembagian rezeki, senantiasa berhias walaupun miskin, selalu cermat, tidak boros walaupun kaya, murah hati dan murah tangan , tidak menghina , tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan dan tidak berjalan membawa fitnah, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasinya, serta terpelihar identitiasnya, tidak menuntut yang bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain. Kalau ditegur ia menyesal, kalau bersalah ia istughfar, bila dimaki ia tersenyum sambil berkata : Jika makian anda benar, maka aku bermohon semoga Tuhan mengampuniku. Dan jika makian anda keliru, maka aku memohon semoga Allah mengapunimu.”(Shihab, 1998:310).

HAJI


Haji adalah salah satu rukun islam yang cukup sekali dilaksanakan seumur hidup dan bila seseorang talah cukup syarat tapi belum juga mau melaksanakan rukun haji ini . Nabi bersabda tentangnya Haji bahwa ” Barang siapa mati sedangkan ia belum mengerjakan haji silahkan ia memilih mati sebagai yahudi atau sebagai seorang nasrani.(dirawikan oleh ibn ’Adjy dari Abu Hurairah , dan Tirmidzi dari Ali dengan keterangan Hadist ini gharib (yakni perawinya hanya satu orang saja) dan sanadnyapun diragukan.(AL-Ghazali :2000:12)
AL-Ghazali , Rahasia Haji dan Umroh ,penerjemah Muhammad Al-Baqir, Penerbit Karisma . cetakan 2000, Bandung

Berkata Qatadah:” Ketika Allah SWT memerintah kepada Ibrahim (Shalawat dan salam Allah atasnya dan atas Nabi kita Muhammad, serta hamba Allah yang terpilih) agar ia menyerukan kepada manusia, sesungguhnya Allah membangun sebuah rumah dan pergilah kamu kesana.
Telah bersabda Rasullullah saw:”Barang siapa berhaji ke Rumah Allah (ka’bah) lalu ia tidak mengucapkan kata-kata kotor dan tidak pula melakukan perbuatan keji, maka ia terlepas dari dosa dosanya (sehingga menjadi suci bersih) seperti ketika bari dilahirkan oleh ibunya (bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah), Sabda beliau lagi ” Setan tidak pernah terlihat, suatu hari lebih kecil, lebih hina, lebih remeh, lebih marah dari pada wukuf di Arafah (malik dari Thalhah bin Abdullah bin Kuraiz secara mursal). (Al-Ghazali,2000:14)
Dalam kitab Al-Ghazali diceritakn tentang Seseorang dari kalangan muqarrabin pernah ter-kasyaf-kan baginya sosok iblis di padang ’Arafah, waktu itu iblis tampak dalam bentuk seorang manusia yang kurus dan pusat dalam keadaan menangis dan punggungnya bungkuk
”Mengapa engkau menangis , wahai Iblis/” tanya orang itu .
:Oh ....aku menangis karena melihat orang-orang mengerjakan ibadah haji secara tulus, tidak dicampuri oleh usaha perdagangan apapun. Dan aku khawatir bahwa segala permohonan mereka akan dikabulkan, itulah sebanya aku menangis,”jawab iblis.
”Lalu apa yang menyebabkan engkau kurus kering ?”
”Suara ringkik kuda fi sabillillah (di jalan Allah), tetapi dijalanku tentunya hal itu lebih kusukai.
”Dan apa yang menyebabkan engkau pucat
”kerja sama dan saling tolong-menolong antara manusia dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah . Seandainya mereka saling tolong-menolong dalam kemaksiatan, tentunya lebih kusukai
”Dan apa yang menyebabkan punggungmu menjadi bungkuk?”
”Doa manusia memohon Husn al-khatimah (akhir hidup dalam kebaikan) . Setiap kali aku mendengar seperti itu, aku berkata kepada diriku:”Betapa celakanya aku !Bila orang ini akan berbangga dan terkelabui oelh amalannya? Aku khawatir ia cukup waspada terhadap tipu dayaku,”

Syarat-syarat sahnya Haji ada dua yang berkaitan dengan keislaman seseorang dan waktu pelaksanaannya. Haji dianggap sah apabila dilakukan oleh seorang Muslim, walaupun belum dewasa. Seorang anak yang mumayyiz (kira-kira berusia enam tahum keatas dan sudah dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk) hendaklah ia meniatkan (ihram) haji atas namanya sendiri. Tetapi apabila ia masih terlalu kecil belum mumayyiz, maka walinya yang meniatkan (ihram) untuknya, lalu diajak bersama-sama mengerjakan apa yang harus dikerjakan dalam haji seperti thawaf, sai dan lain-lain
Syarat kedua berkaitan dengan sahnya ibadah Haji, Ialah waktu pelaksanaannya, yaitu dimulai bulan syawal , Dzulkaidah dan sembilan hari pertama bulan Dzulhijah sambai terbit fajar hari kesepuluh atau yang disebut juga Yaum an-Nahr (hari Raya Haji – Penerjemah) maka barang siapa yang ber-ihram untuk haji diluar waktu-waktu tersebut, maka ihramnya beralih menjadi ”umroh.
Rukun-rukun haji terdiri lima yaitu :ihram, thawaf, sai (setelah thawaf), wukuf di padang ”Arafah dan bercukup. Begitu juga Rukun Umroh kecuali wukuf di ’Arafah.
Cara-cara melaksanakan Haji dan Umroh
(1) Ifrad (yang paling baik dari ketiga cara) yaitu dengan menyelesaikan haji dahulu secara sempurna. Apabila telah menyelesaikannya, kembali ke kawasan hill (atau halal) yakni di luar kawasan Haram lalu ber-ihran untuk mengerjakan ’umroh. Sedangnya tempat-tempat di luar kawasan haram untuk melakukan Ihram ”umroh ialah desa Al-Ji’ranah, kemudian At-Tan’im, Al-hudaibiyah, At-Tan’im . Haji Ifrad tidak dibebani dam kecuali ingin membayar dengan sukarela demi memperoleh pahala (ber-tathawwu’)
(2) Qiran, yaitu meniatkan haji dan umroh bersama-sama dengan mengucapakn Labaika bi hajjatin wa’umrotin ma’a (atau ma’an)
(3) Tamattu, meniatkan umroh dulu dan dilanjutkan dengan haji kemudian, harus menbayar dam.

Anjuran Rasul dalam bidang kesehatan


Walaupun Rasulullah datang di Dunia ini bukan sebagai tabib atau dokter tapi banyak ajaran beliau yang berkenaan dengan dunia kedokteran, yang bila dikaji lebih dalam begitu dalam ajaran Rasul kita 1400 tahun yang lalu tentang kesehatan, seperti ajaran berwudhu, yang dapat menetralisir dan mengurangi jumlah bakteri yang mengganggu kesehatan kita atau bakteri patogen tubuh, atau larangan Rasullullah untuk jangan buang air kecil di air tergenang, karena akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan tersebarnya penyakit menular seperti diare, polio, thypus, penyakit kulit. dll. anjuran berkhitan pada laki-laki , penelitian modern menunjukan bahwa insident kanker penis lebih banyak pada laki-laki yang tidak di khitan, berhenti makan sebelum kenyang, rupanya makan yang berlebihan mengundang peningkatan kolesterol tubuh dan memudahkan sakit jantung dan stroke. dll
Perkembangan Kedokteran pada masa Islam (Khadem Yamani 2005:41)
Beberapa ajaran dan tuntunan Rasulullah yang mengandung kajian dan nilai-nilai kedokteran antara lain:
(1) Cara bersuci yang diajarkan Rasullullah SAW,
(2) Cara berwudhu, membasuh anggota badan yang biasanya tampak
(3) Kewajiban bercebok dan memegang kemaluan (harus) dengan tangan kiri
(4) Larangan kencing di kolam air yang tergenang
(5) Sunah untuk berkhitan yaitu memotong khulub bagi laki-laki dan memotong
sebagian ”labia minora” yang memanjang bagi perempuan
(6) Perintah memotong kuku, membersihkan bulu ketiak dan kemaluan
(7) Kewajiban mandi selepas bertubuh
(8) Keharusan membersihkan rumah dan halaman
(9) Contoh dalam gerakan-gerakan shalat fardhu dan tahajud
(10) Ibadah Shaum di bulan Ramadahan dan shaum sunah
(11) Tuntunan melambatkan makan sahur dan menyegerakan berbuka
(12) Larangan makan-minum sambil berdiri, berbaring, dan bersandar, serta aturan
minum dan lain-lain
(13) Keharusan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
(14) Larangan makan sampai terlalu kenyang dan tidur selepas makan
(15) Diharamkan bangkai , darah, babi, sembelihan untuk berhala, khamar baik
basah maupun kering
(16) Dimakruhkan hewan buas
(17) Anjuran melihat warna-warna hijau
(18) Larangan memasuki dan keluar negeri ketika berjangkit penyakit menular
(19) Larangan menyatukan hewan yang sakit dan hewan yang sehat
(20) Larangan mencukur bulu alis, mencacah (mentato) dan memotong atau
mengikir gigi
(21) Larangan berobat dengan barang haram
(22) Anjuran memberikan harapan kepada seorang penderita
(23) Disebutkan madu sebagai obat dalam Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW
(24) Disebutkan kurma yang tumbuh ditanah berbatu hitam sebagai obat dalam
hadist Rasulullah SAW$
(25) Makanan yang dimakan ketika masih panas itu kurang berkat dan lainnya

Khadem Yamani, Ja’far, Kedokteran Islam , Sejarah Dan Perkembangannya, Alih Bahasa Tim Dokter IDAVI editor A.D El Marzdedeq, DIM, Av. Dzikra .2005