Iklan

Sabtu, 01 Desember 2007

schizofrenia and film schizofrenia paranoid

Schizophrenia (www.webhealth.com)

This is a major psychiatric disorder where the patient experiences a multitude of strange symptoms such as loss of contact with reality, false beliefs, false perceptions of sounds and images, abnormal thinking, reduced motivation and flattened affect.

As a result these patients, when untreated live in their own world, find it extremely difficult to communicate and to trust people around them, which makes it awkward for loved ones, friends and strangers to understand them. This leads then to social isolation, work disturbances and often marital conflicts and divorces. Secondary depression often sets in and frequently leads to suicide. Insomnia is often also present, which only makes the symptoms of paranoia worse.

Statistical data:

The worldwide prevalence is 1%. Both men and women are equally affected with schizophrenia, however it starts earlier in men(peak is from age 18 to 25 years) than in women (peak is between 26 and 45 years of age). It is rare in childhood or early adolescence, but does occur in 4 to 10 children out of 10,000. First degree relatives of schizophrenic patients have a 10-fold higher incidence of schizophrenia than the general population.

'Adoption and twin studies have shown that the major factor is the genetic component, but there is a significant environmental component, which is also effective.

What are the causes for schizophrenia ?

The exact cause is not known, but there is a biological basis. The popular model at present is a vulnerability model, where there is an underlying minimal neurological vulnerability. On top of this come environmental stressors such as a broken marriage, leaving home to go to the army, moving to another town to find work, the loss of a loved one etc. , which then causes the brain metabolism to derail. Often the disease itself can feed into this negative cycle by causing loss of work or relationships and leading to homelessness and poverty. This will then tend to make schizophrenia chronic and very difficult to treat.

Among schizophrenics brain studies over the years have consistently shown some structural changes such as an enlarged ventricular system(= the fluid filled chambers in the center of the brain). Certain parts of the brain such as the hippocampus and the temporal lobes are smaller, but the basal ganglia are enlarged. This can be detected with imaging studies. The cerebral cortex in patients with schizophrenia tends to be small in size. With the help of the PET scanner, where brain function can be visualized such as glucose utilization, abnormalities in the prefrontal cortex can be shown in schizophrenics, but not in normal controls.

Schizophrenia symptoms:

The patients differ a fair amount and not all of the following symptoms are present in every patient. A patient with persecutory thoughts will interpret all of the actions around him as meaning that something or someone is after the patient. For instance, when a schizophrenic patient witnesses a scene on the road where one worker is yelling to another worker to drop a load of poles from a truck, where the intention is to build a fence at the side of the road, this would be interpreted as : "He said to the other guy: drop every thing and let's chase after me..." (persecutory hallucinations).

Another patient may have auditory hallucinations (hearing voices that are not really there), where everything that is happening is commented on. In this patient a soft voice that she trusts may tell her: "You know , you have taken these pills long enough. Don't you think you should give your system a break?" The patient often is aware that these voices are not really there, but they are incorporated into judgments, decisions and actions. So, this patient did stop the pills and within 2 days she ended up in hospital with a florid psychosis and flare-up of her schizophrenia, which lead to a 4-week psychiatric hospitalization and a follow-up program, where the psychiatric nurse at the outpatient psychiatric clinic gives her an injection with a long-acting antipsychotic medication every three weeks. Hallucinations can happen in all the senses: the auditory ones are the most common, but visual hallucinations are also fairly frequent, less frequent are hallucinations that affect smell, taste or tactile sensations. What the patients are not aware of is that all of these sensations are generated within their own brains. Insomnia is another non specific symptom that is often present. Sleep deprivation associated with insomnia tends to make schizophrenia worse.

further information klik this


KASUS SKIZOFRENIA DI PUSKESMAS


KASUS 1
Nama : S
Umur : 40 tahun
Alamat : Ds gs
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Pernah bekerja di pabrik rotan , pabrik rokok, sebelum sakit
Riwayat penyakit : Alloanamnesa tgl.9 November 2007, (ayah pasien)

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, tinggal dengan seorang ayah yang sudah berumur 60 tahun, ibunya telah meninggal sejak 10 tahun yang lalu, dimulai sejak tahun 18 tahun yang lalu , ketika berumur 22 tahun pasien yang sehari hari berkerja di pabrik rotan ini, suatu saat jatuh cinta dengan gadis tetangganya yang sudah bertunangan, dia kerap menulis surat kepada gadis tersebut tapi tidak pernah mendapat tanggapan, terakhir ayah si gadis membalas surat pasien tersebut dengan kata-kata kasar yang menyakitkan hati pasien. Sejak saat itu pasien jadi mengurung diri, mulai bicara ngelantur, pergi ke makan gunung jati bolak balik seperti minta petunjuk, berhari-hari dan mulai. suka ngamuk , dari kecil menurut ayah pasien, mempunyai kepribadian yang pendiam, dan tidak banyak ulah, namun sejak cintanya tertolak , pasien menjadi kehilangan kontrol diri, selama ini pasien meminum obat secara teratur dari dokter jiwa, antara lain haloperidol 3 x 5 mg. Chlorpromasize 3 kali 1, dan tryhexypehidil 3 x 1.. menurut ayah pasien, obat diminum dengan dosis yang tappering off atau berkurang tiap dua minggu, dengan aturan dua minggu pertama 3 x 1 lalu dilanjutkan 2 x 1 selama 2 minggu dan kemudian 1 x 1 seterusnya. Keadaan pasien sekarang lebih baik, kebiasaan pasien adalah merokok sampai 3 bungkus sehari. Gejala mengamuk sudah tidak ada, pasien bisa disuruh menjaga kebersihannya, hanya bila diajak bicara masih terlihat tanda-tanda kelainan isi pikiran, adanya fligh of idea. Dan tampak sedikit agitasi.

Anamnesa yang dilakukan terhadap pasien , pasien menjawab benar ketika ditanya kapan lahirnya, ketika berkunjung pasien menemui penulis dengan memakai celana selutut, tapi ketika penulis datang pasien meminta izin untuk berganti celana panjang. Ketika itu pasien baru datang membeli rokok, hal yang menonjol pada diri pasien bahwa pasien tidak pernah menyadari ada yang sakit pada dirinya, selama ini pasien meminum obat karena menurutnya obat ini adalah vitamin agar selalu bugar, ketika pasien ditanya alasan suka menulis surat, pasien menjawab tolong saja ditanya pada mandor desa, ”benar dibenarkan” tidak jelas apa maksud pasien.

Hasil analisa pasien mengalami skizofrenia dengan tipe tidak terinci (undifferentiated) (F20.3) menurut PPDGJ III. Dengan alasan : Pasien tidak menunjukan gejala skizofrenia type paranoid, hebefrenik, katatonik, residual, atau pasca skizofrenia. Pada Skizofrenia Paranoid ditandai dengan gejala : deluasi (waham) dan halusinasi dengan tema curiga, diancam, atau waham kebesaran, pasien saat ini tidak menunjukan kecurigaan , sehingga tidak dianggap skizofrenia paranoid, begitu juga tidak termasuk disorganized skizofrenia karena tidak ada emosi yang datarm dan prilaku yang tidak nyambung, katatonik pun tidak menunjukan gejala, pasien bisa bersepeda, dan bicarapun lancar, tidak ada gangguan motorik dan verbal, sehingga menurut saya pasien ini masuk dalan kategori undiferentiated skizofrenia, pasien tidak masuk dalam kategori manapun.

Kasus 2

Nama : e
29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pernah bekerja di jakarta
Anamnesa: tanggal 9 November 2007 (Alloanamnesa dengan kakak Ipar)

Ketika mengunjungi pasien, pasien sama sekali tidak dapat diajak bicara, hanya diam dengan pandangan kosong, tidak mempunyai emosi, dan tidak bereaksi bila diajak bicara walaupun menurut kakak ipar pasien pasien masih mau bicara kalau keadaan mendesak saja, misalnya meminta makan ketika sangat lapar. Keadaan pasien tidak begitu terawat, terlihat jarang mandi dan bajunya pun kotor. Namun masih mau main dengan keponakannya, tidak mengamuk .

Ketika SMA pasien pernah terlibat Narkoba kurang lebih selama setahun dan kemudian melanjutkan sekolah di cirebon kembali, setelah lulus SMA kembali ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, di Jakarta seperti yang diceritakan teman pasien kekeluarga pasien, di jakarta pasien mencintai seseorang tapi bertepuk tangan sebelah, sehingga pasien menjadi murung dan menarik diri dari pergaulan. Kurang lebih setahun kembali lagi ke Cirebon tapi menunjukan gejala yang aneh, tiba-tiba pemurung dan bicara melantur, mulai ngamuk dan tidak terkendali, tidak mau pakai baju. Kemudian pasien diobati dan menunjukan kemajuan , tapi kemudian pengobatan terhenti kembali, dan sampai sekarang keadaan pasien seperti tadi, walaupun tidak lagi mengamuk ,tapi terlihat pasien sama sekali tidak mau bicara dan tidak memperhatikan kebersihan dirinya, emosinya datar.

Kepribadian pasien memang pendiam. Tidak ada anggota keluarga yang lain menderita seperti ini dan tidak ada riwayat keluarga seperti yang dialami pasien.

Pasien menunjukan gejala negatif skizofrenia, emosi datar. Gangguan pada emosi atau emotional disorrders Masuk dalam kategori residula skizofrenial.

Kasus 3
Nama : F
Umur : 26 tahun
Alamat : Ds a
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -

Anamnesa: tanggal 9 November 2007

Pasien yang sedang hamil 2 bulan ini baru saja menikah 3 bulan yang lalu, telah mendapatkan pengobatan sejak berumur 18 tahun , ketika di wawancara pasien terlihat malu dan menjawab dengan baik, wawancara dibantu oleh kakak pasien, pasien terlihat baik dan tidak ada gangguan dalam menjawab walaupun menjawab dengan malu-malu, kemudian menurut kakak pasien , ketika SMA pasien pernah ditinggal kawin pacar pasien, karena kejadian itu pasien sering menangis dan mengurung diri, tidak mau makan, hanya ingin didalam kamar, tidak mau keluar kamar, diam saja, dan menangis, kemudian pasien di bawa berobat secara teratur, kini pasien terlihat baik dan tidak mempunyai kelainan yang berarti dan dapat menjalani kehidupan dengan normal. Selama 9 tahun berobat teratur ke dokter specialis jiwa . Kekambuhan pasien juga berkurang sejak 2 tahun yang lalu.

Kesembuhan pasien karena dukungan dari semua anggota keluarga, dan pengobatan secara teratur. Disarankan oleh kami bahwa walaupun hamil, pasien harus terus berkonsultasi ke dokter jiwa, jangan sampai pengobatannya lepas.

Kasus 4
Nama : M
Umur : 25 tahun
Alamat : D
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -

Anamnesa: tanggal 9 November 2007

Sejak 4 tahun yang lalu pasien telah berobat secara teratur, dan sekarang telah menikah selama 6 bulan, bila sedang mendapat serangan pasien suka mengacak-acak isi kamar, semua barang dikeluarkan, menurut pasien ada bisik-bisik yang didengar pasien yang menyuruh membersihkan semua barang yang ada dikamar untuk dikeluarkan, keluhan ini didapat kurang lebih 4 tahun yang lalu karena kesedihan yang mendalam akibat melihat ayah pasien yang stroke, pasien menjadi murung dan menjadi depresi, kemudian berlanjut menjadi mengamuk-ngamuk dan tidak terkontrol, dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat membantu kesembuhan pasien, sampai saat ini pasien masih diberikan obat secara teratur dari Puskesmas kami

Menurut kami pasien ini mengalami skizofrenia hebefrenik awalnya tapi sekarang sudah sembuh dan masih dalam pengawasan kami,


Pedoman diagnostik skizofrenia menurut PPDGJ III


PEDOMAN DIAGNOSTIK BERDASARKAN PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.

b. - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.

F.20 Skizofrenia Paranoid

Pedoman diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan:

- Sebagai tambahan :

* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;

· Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Diagnosa Banding :

- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan

- Keadaan paranoid involusional (F22.8)

- Paranoid (F22.0)

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Pedoman Diagnostik

- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia

- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini

- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens

- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )

Pedoman diagnostik :

(1) Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia

(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.’

(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skiszofrenia

F20.5 Skizofrenia Residual

Pedoman diagnostik:

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi semua:

(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia

(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

F20.6 Skizofrenia Simpleks

Pedoman diagnostik

- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya.