RESENSI BOOK
TERAPI SALAT TAHAJUD MENYEMBUHKAN BERBAGAI PENYAKIT
KARYA DR. MOH. SHOLEH
OLEH : dr.Hj. LIZA
Doktor lulusan S3 kedokteran Unair menyelesaikan Si tarbiyah dan S2 Psikologi Konseling , melakukan penelitian untuk desertasinya membuktikan bahwa Salat Tahajud mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam penelitian beliau dibantu pondon pesantren Hidayahtullah Surabaya dengan mengambil sample sebanyak 19 orang, kemudian pengambilan darah variable penelitian dilaksanakan sebanyak 3 kali:(1) pada tahap pengkondisian dan sebelum sample menjalankan salat tahajud (2) Setelah sample menjalankan salat Tahajud selama 4 minggu (3) setelah sample melaksanakan salat tahajud selama 8 minggu, Sampel yang diambil dengan Kriteria inklusi: Laki-laki, umur 16-20 tahun, siswa baru, sehat jasmani rohani, tidak pernah menjalankan sholat Tahajud.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah salat tahajud, sedang variable tergantungnya adalah respon ketahanan tubuh imunologik yang diupayakan dapat mencerminkan konsep psikoneuroimunologi. Dengan perincian sebagai berikut: (1) Hormon Neuroendokrin yang terkait stress adalah kortison, (2) Komponen ketahanan tubuh imunologi adalah neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, total limfosit, immunoglobulin G, Imunoglobulin M, Imunoglobulin A. Sampel darah diambil dair vena perifer dimana komponen tersebut beredar mengikuti sirkulasi darah dant terjadi interaksi antar sel imun , komponen humoral, sitokin, neurotransmitter dan hormon.
Adapun dosis salat tahajud dalam penelitian ini meliputi (1) intensitas diartikan sebagai tingkat kualitas kekhusyukan dan keiklasan salat tahajud (merujuk teori GAS: yaitu terpeliharanya homeostasis tubuh setelah subjek melaksanakan salat tahajud secara kuantitas tercermin dengan sekresi kortison dengan rentang 38-690 mmol/L (pagi pukul 6.00-9.00), (2) frekwensi Jumlah rakaat 13 rakaat, kemudian diikuti dengan wirid kalimat thayyibah : Subhhallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, Astagfirullah, Allah-humma shalli’ala-Muhammad wa’ala ali Muhammad, La-ila-ha illallah, masing-masing 200 kali, (3) waktu sholat tahajud 2.00-3.00 wib, dijalankan 8 minggu, dengan pertimbangan siswa telah mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dianggap asing.
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui (1) apakah salat Tahajud dapat menurunkan sekresi hormon kortisol? (2) Apakah salat tahajud dapat meningkatkan respons ketahanan tubuh imunologik. Dan diambilnya kortison sebagai variabel tolak ukur adanya stress dalam tubuh dengan pertimbangan kortisol mempunyai karakteritik pola sekresi peningkatan dan penurunan yang lambat sehingga mudah diukur, kebalikan dengan hormon stress lainnya seperti kotekolamin yang peningkatannya dan penurunannya spontan sehingga sulit diukur.
Tubuh manusia diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan dan kelengkapan, dengan sistem, stimulus respons yang memungkinkan seorang individu siap beradaptasi dengan lingkungan apapun. Sistem stimulus respons yang cukup berperan dalam alunan keseimbangan dan keindahan irama sistem sirkadian adalah anatomi sistem limbik.dengan bagian utamanya HIPOTALAMUS.. secara visual peranan Hipotalamus kaitannya dengan emosional, adalah sebagai berikut.Stresor (kejadian atau lingkungan yang menyebabkan tegang) menimbulkan Stress (suatu respons), memacu kerja Hipotalamus, pituitary anterior korteks adrenal -kortisol. Kortisol mempunyai efek meningkatkan gula darah (glukosa) , meningkatkan curah jantung, (kotekolamin) , meningkatkan tekanan darah (Hipertensi) melalui stimulus renin pada sisten renin angiotensin, menekan sistesis imunoglobulin, menurunkan populasi sel PMN, limfosit , magrofag dalam darah tepi.meningkatnya nafsu makan, insomnia, mengurangi libido.
Hasil penelitian diatas didapat bahwa salat Tahajud berpengaruh terhadap peningkatan respon ketahanan tubuh imunologik. Dari data penelitian menunjukan salat tahajud dapat menurunkan hormon kortison dengan penjelasan sebagai berikut: (a)Salat Tahajud yang dijalankan dengan tepat (Khusuk, kontinyu, ikhlas) bisa menumbuhkan Persepsi dan motivasi positif, respon emosi positif dan memperbaiki coping (mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi apabila berhasil beban berat menjadi ringan)mengurangi reaksi stress.(b) Iklash dapat dibuktikan secara kuantitatif indikator sekresi hormon kortisol (c) Salat tahajud yang tepat dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik dan dapat menghilangkan nyeri pasien penyakit kanker.
TERAPI SALAT TAHAJUD MENYEMBUHKAN BERBAGAI PENYAKIT
KARYA DR. MOH. SHOLEH
OLEH : dr.Hj. LIZA
Doktor lulusan S3 kedokteran Unair menyelesaikan Si tarbiyah dan S2 Psikologi Konseling , melakukan penelitian untuk desertasinya membuktikan bahwa Salat Tahajud mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam penelitian beliau dibantu pondon pesantren Hidayahtullah Surabaya dengan mengambil sample sebanyak 19 orang, kemudian pengambilan darah variable penelitian dilaksanakan sebanyak 3 kali:(1) pada tahap pengkondisian dan sebelum sample menjalankan salat tahajud (2) Setelah sample menjalankan salat Tahajud selama 4 minggu (3) setelah sample melaksanakan salat tahajud selama 8 minggu, Sampel yang diambil dengan Kriteria inklusi: Laki-laki, umur 16-20 tahun, siswa baru, sehat jasmani rohani, tidak pernah menjalankan sholat Tahajud.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah salat tahajud, sedang variable tergantungnya adalah respon ketahanan tubuh imunologik yang diupayakan dapat mencerminkan konsep psikoneuroimunologi. Dengan perincian sebagai berikut: (1) Hormon Neuroendokrin yang terkait stress adalah kortison, (2) Komponen ketahanan tubuh imunologi adalah neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, total limfosit, immunoglobulin G, Imunoglobulin M, Imunoglobulin A. Sampel darah diambil dair vena perifer dimana komponen tersebut beredar mengikuti sirkulasi darah dant terjadi interaksi antar sel imun , komponen humoral, sitokin, neurotransmitter dan hormon.
Adapun dosis salat tahajud dalam penelitian ini meliputi (1) intensitas diartikan sebagai tingkat kualitas kekhusyukan dan keiklasan salat tahajud (merujuk teori GAS: yaitu terpeliharanya homeostasis tubuh setelah subjek melaksanakan salat tahajud secara kuantitas tercermin dengan sekresi kortison dengan rentang 38-690 mmol/L (pagi pukul 6.00-9.00), (2) frekwensi Jumlah rakaat 13 rakaat, kemudian diikuti dengan wirid kalimat thayyibah : Subhhallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, Astagfirullah, Allah-humma shalli’ala-Muhammad wa’ala ali Muhammad, La-ila-ha illallah, masing-masing 200 kali, (3) waktu sholat tahajud 2.00-3.00 wib, dijalankan 8 minggu, dengan pertimbangan siswa telah mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dianggap asing.
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui (1) apakah salat Tahajud dapat menurunkan sekresi hormon kortisol? (2) Apakah salat tahajud dapat meningkatkan respons ketahanan tubuh imunologik. Dan diambilnya kortison sebagai variabel tolak ukur adanya stress dalam tubuh dengan pertimbangan kortisol mempunyai karakteritik pola sekresi peningkatan dan penurunan yang lambat sehingga mudah diukur, kebalikan dengan hormon stress lainnya seperti kotekolamin yang peningkatannya dan penurunannya spontan sehingga sulit diukur.
Tubuh manusia diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan dan kelengkapan, dengan sistem, stimulus respons yang memungkinkan seorang individu siap beradaptasi dengan lingkungan apapun. Sistem stimulus respons yang cukup berperan dalam alunan keseimbangan dan keindahan irama sistem sirkadian adalah anatomi sistem limbik.dengan bagian utamanya HIPOTALAMUS.. secara visual peranan Hipotalamus kaitannya dengan emosional, adalah sebagai berikut.Stresor (kejadian atau lingkungan yang menyebabkan tegang) menimbulkan Stress (suatu respons), memacu kerja Hipotalamus, pituitary anterior korteks adrenal -kortisol. Kortisol mempunyai efek meningkatkan gula darah (glukosa) , meningkatkan curah jantung, (kotekolamin) , meningkatkan tekanan darah (Hipertensi) melalui stimulus renin pada sisten renin angiotensin, menekan sistesis imunoglobulin, menurunkan populasi sel PMN, limfosit , magrofag dalam darah tepi.meningkatnya nafsu makan, insomnia, mengurangi libido.
Hasil penelitian diatas didapat bahwa salat Tahajud berpengaruh terhadap peningkatan respon ketahanan tubuh imunologik. Dari data penelitian menunjukan salat tahajud dapat menurunkan hormon kortison dengan penjelasan sebagai berikut: (a)Salat Tahajud yang dijalankan dengan tepat (Khusuk, kontinyu, ikhlas) bisa menumbuhkan Persepsi dan motivasi positif, respon emosi positif dan memperbaiki coping (mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi apabila berhasil beban berat menjadi ringan)mengurangi reaksi stress.(b) Iklash dapat dibuktikan secara kuantitatif indikator sekresi hormon kortisol (c) Salat tahajud yang tepat dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik dan dapat menghilangkan nyeri pasien penyakit kanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar